Suatu
kebenaran bisa dipandang dari sudut pandang dan metode yang berbeda. Misalnya
dari sudut rasionalisme dan empirisme. Rasionalisme adalah paham yang
mengajarkan bahwa sumber pengetahuan satu-satunya yang benar adalah rasio (akal
budi). Empirisme adalah aliran yang mengajarkan bahwa hanya pengalaman (lewat
indra) merupakan sumber pengetahuan yang benar. Jadi, empirisme bertolak
belakang dengan pandangan rasionalisme. Kedua pandangan tersebut melahirkan
teori kebenaran, yaitu korespondensi (menurut rasionalisme) dan koherensi
(menurut empirisme).
Teori Kebenaran Korespondensi
Teori
kebenaran korespondensi adalah teori yang berpandangan bahwa
pernyataan-pernyataan adalah benar jika berkorespondensi terhadap fakta atau
pernyataan yang ada di alam atau objek yang dituju pernyataan tersebut.
Kebenaran atau suatu keadaan dikatakan benar jika ada kesesuaian antara arti
yang dimaksud oleh suatu pendapat dengan fakta. Suatu proposisi adalah benar
apabila terdapat suatu fakta yang sesuai dan menyatakan apa adanya. Teori ini
sering diasosiasikan dengan teori-teori empiris pengetahuan.
Contoh:
- Jika seseorang mengatakan
bahwa, “Kampus Pascasarjana Unsri berada di kota Palembang,” maka
pernyataan tersebut adalah benar, sebab pernyataan itu dengan objek yang
bersifat faktual yakni Palembang, memang kota di mana kampus Pascasarjana
Unsri berada. Apabila ada orang lain yang menyatakan bahwa “Kampus
Pascasarjana Unsri berada di kota Jambi,” maka pernyataan itu adalah tidak
benar, sebab tidak terdapat objek yang benar dengan pernyataan tersebut.
Dalam hal ini, maka secara faktual, “Kampus Pascasarjana Unsri bukan
berada di kota Jambi, melainkan di Palembang.”
- Seseorang mengatakan, “Wah lagi
hujan nih!”. Perkataan bisa jadi benar, jika perkataan itu berhubungan
dengan realitasnya. Akan tetapi, terkadang maksud perkataan lebih kepada
sindiran, godaan atau yang bersifat menyesatkan, sehingga secara semantik,
pernyataan ini dapat menjadi benar atau salah
Teori
Kebenaran Koherensi
Teori
kebenaran koherensi disebut pula konsistensi adalah teori kebenaran yang
didasarkan kepada kriteria koheren atau konsistensi. Suatu pernyataan disebut
benar bila sesuai dengan jaringan komprehensif dari pernyataan-pernyataan yang
berhubungan secara logis. Pernyataan-pernyataan ini mengikuti atau membawa
kepada pernyataan yang lain. Seperti sebuah percepatan terdiri dari
konsep-konsep yang saling berhubungan dari massa, gaya, dan kecepatan dalam
fisika.
Contoh:
- Semua manusia akan mati. Amron
adalah seorang manusia. Amron pasti akan mati.
- Seluruh mahasiswa Pasca-Unsri
mengikuti perkuliahan matrikulasi. Edy adalah mahasiswa Pasca-Unsri. Edy
harus mengikuti kegiatan perkuliahan matrikulasi.
Berdasarkan
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sumber pengetahuan diperoleh dari segala
sesuatu di dalam kehidupan manusia yang kemudian ditangkap oleh kelima indra
manusia. Karena sifatnya ditangkap, maka pengetahuan yang diperoleh manusia itu
harus diinterpretasikan dengan akal budinya. Setelah diinterpretasikan, baru
pengetahuan yang ditangkap itu menjadi pengetahuan bagi manusia tersebut.
Dengan demikan, secara sederhana, dapat dipahami bahwa ada dua jenis
pengetahuan. Yang pertama adalah pengetahuan yang berasal dari segala sesuatu
yang dijumpai manusia dalam kehidupannya (belum diinterpretasikan). Yang kedua
adalah pengetahuan yang merupakan hasil interpretasi manusia melalui
kemampuan-kemampuan yang dimiliki manusia melalui kemampuan akal pikirannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar