Rabu, 25 September 2013

NILAI STANDART NASIONAL HANYALAH SEBUAH SIMBOL



Oleh :Aris Shoim
as.jpgPemerintah menentukan nilai standart nasioanal tak bisa maksimal dilakukan oleh keseluruhan siswa didik sekarang ini, semua hanyalah simbol saja, dengan nilai standart nasional yang tinggi ternyata hanyalah simbol semata. Kenyataan yang ada sekarang ini adalah siwa didik untuk masa sekarang enggan mengerjakan UNAS dengan hasilnya sendiri. Mereka hanya mengandalkan jawaban yang telah disediakan oleh oknum tertentu, katakanlah tim sukses dari suatu lembaga yang menyelenggaran tes tersebut. Banyak terjadi kasus yang sama diberbagai penjuru Indonesia. Misalnya didaerah Sumatra dengan terang-terangan menyampaikan kunci jawaban yang dilewatkan hanpone kepada peserta UNAS tersebut, apakah hal  seperti ini  bisa menjadikan tolak ukur kelulusan untuk sekarang . Mungkin ini adalah akibat dari penetapan  nilai standart nasional untuk Indonesia yang mempunyai perbedaan mengajar dan perbedaan kelengkapan kegiatan belajar mengajar.
Dalam berbagai praktek dan segala teori untuk menghasilkan nilai terbaik dan terbaik bagi siswa Indonesia sangat lah sulit, dikarnakan banyaknya mata pelajaran yang di ajarkan dalam sekolahan tertentu yang bisa menopang kehidupan siswa tersebut. Bahkan pemerintah tidak memperhitungkan sebab dan akibat yang ditimbulkan penetapan nilai standart nasioal tersebut, apakah mampu atau tidak semua peserta didik yang di tetapkan dengan nilai standart nasional sekarang ini, cobalah kita lihat bagaimana sistem, sarana , prasarana dalam pendidikan yang terjadi dalam lapisan masyarakat kita ini.coba kita bedakan antara kependidikan yang ada didesa dan kota sangat jauh berbeda. Baik dilihat dari struktut atau infra strukturnya, dari bangunan, kualitas pengajar, semua  sangat jauh berbeda. Kenapa harus ada nilai standart nasional yang sangat ditakuti bagi kalangan siswa sekarang ini.
Perbedaan
Kita lihat pendidikan yang terjadi pada masyarakat kota sekarang ini sangat maju dan penuh kemedernisasian dengan kelengkapan sarana yang memadahi dengan penunjang yang memadahi bagi kalangan pengajarnya. Disini akn bisa kita lihat dengan kelengkapan kependidikan pasti secara garis besarnya bisa memenuhi nilai standart nasiaonal dengan berbagai fasilitas yang mendukung dan dengan tenaga pengajar yang professional pasti aken tercapai nilai standart tersebut, andaikan pemerataan pembangunan fisik dan non fisik pada pendidikan bisa merata sampai kepelosok pasti akan bisa tercapai tarjet 100 persen lulus dengan nilai siatas standart nasional. Sekarang kita tengok menejemen pengajaran yang ada didesa-desa sangat lah minim dengan sarana dan prasarana seadanya dan  dengan tenaga pengajar yang sangat minim dan keprofesionalan yang kurang, bahkan tunjangan bagi pahlawan tanpa tanda jasa tersebut hanya seadanya saja, sampai-sampai tuk menghidupi keluarga setiap harinya masih memerlukan bantuan mata pencaharian yang lain. Ya janganlah disamakan antara pengelolaan kependidikan yang terjadi dinegara kita ini, dengan kelengkapan pendidikan itu juga harus menjadi tolak hitung bagi pemerintah tuk menetapkan nilai standart nasional dinegara kita ini. Sangat berbeda bila dibandingkan system kependidikan yang terjadi dimalyisia tuk sekang ini, mereka menetatapkan keputusan tentang penetapan nilai standart, karena meraka sudah melakuakan pemerataan kualitas dan kuantitas yang menyeluruh terhadap negaranya baik dikota maupun dipelosok. Bergbeda dengan Indonesia yang di pelosok kesejahteraannya sangat terpuruk bahkan banyak sekolah-sekolah yang tak layak dipergunakan tuk kegiatan belajar mengajar masih dipergunakan karena sudah tak ada tempat maupun biaya tuk melestarikan tempat belajar tesebut.
Akibat yang ditimbulkan
Sekarang kita bisa melihat dengan nyata dan gambalang akibat yang ditimbulkan nilai standart nasional yang telah ditetapkan pemerintah tersebut. Terjadinya ketidak percayaan pada peserta didik dalam mengerjakan soal-soal UNAS, akhirnya mereka tak mau berfikir sendiri dan menuggu jawaban yang telah dijanjikan oleh pihak sekolahan atau pihak yang lainya,dalam menjalankan prosedur tersebut. Jadi pemerintah harus menimbang dan menyediakan sarana, prasarana pada sekolah-sekolah plosok umumnya yang jauh dari kota, harus menjadi titik tekan pada kemakmuran sekolahan yang terpencil tersebut.


Mahasiswa Ilmu Hukum
UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar